
mereka beribadah dari rumah ke rumah. itu sebabnya maka rumah-rumah mereka selalu punya ruangan besar yang bisa dipakai untuk ngumpul seluruh anggota jemaat.
bagi seorang arsitek perbedaan sikap mereka dari orang kristen seumumnya ini menarik: mengapa mereka tetap memilih kehidupan religiusnya dijalankan secara privat atau rumahan, dan tidak publik?
kumpulan orang percaya setelah peristiwa pentakosta, sebutlah sebagai koinonia christianon, memang menyebar. ada yang ke barat, menyeberang dan atau menyusuri laut tengah sampai ke ibu kota kekaisaran roma. ada pula yang ke utara, dan timur: ke syria, jordan dan sekitarnya. ada pula yang ke selatan hingga ke kawasan arabia.
tapi, mau ke mana pun persebaran mereka ini, ada tahapan dari yang semula bersekutu di dalam rumah, lalu lama kelamaan mereka membangun sebuah bangunan publik di luar rumah yang bisa dihadiri oleh siapa saja. saya tidak tahu kapan dan mengapa peralihan ini terjadi. apakah ketika sekte yahudi yang oleh dominic crossan disebut sebagai sekte kristen [di samping sekte essen, farisi, saduki dll.] ini disahkan keberadaannya dalam kekaisaran roma oleh kaisar konstantin?
fakta arkeologis yang bisa digali memerlihatkan bahwa pada tahun-tahun awal kehidupan kekristenan berlangsung dari rumah ke rumah. lukas dalam kisah para rasul maupun surat-surat paulus memerlihatkan hal itu.
bahkan, ketika gedung bagi persekutuan mereka itu ada, maka yang dipilih adalah basilika, suatu building type yang sudah ada sebelumnya. sehingga hal itu membuktikan bahwa dulunya mereka memang tidak bersekutu di situ, yang lalu oleh karena suatu kebutuhan yang mendesak mereka ambil apa saja yang cocok dengan corak persekutuan mereka.
orang amish adalah cabang yang kesekian dari golongan anabaptis. golongan anabaptis ini muncul pada abad 16-17 an di eropa. jadi, ketika orang kristen dan arsitekturnya sudah dalam kematangannya [juga kemerosotannya]. orang amish muncul pada abad berikutnya di amerika. artinya, gereja dan arsitektur sejamannya sudah meninggalkan corak persekutuan rumahan ke persekutuan yang lebih bersifat lembaga publik.
pertanyaannya, mengapa justru pada masa itu mereka ingin kembali ke jaman yang lebih kuna? dorongan sosial, politik, teologis, ekonomi apakah yang memaksa mereka kembali ke format lama?
saya katakan "kembali" karena pasti mereka sebenarnya sudah mengenal gereja dalam format lembaga publik. jadi, ketika mereka tidak beribadah dalam gedung gereja publik, mereka berada dalam posisi memilih, bukan menerima begitu saja warisan dari tradisi sebelumnya.
sehingga, pertanyaan yang perlu diajukan adalah: mengapa mereka memilih memahami koinonia christianon dalam format rumahan, padahal "seluruh dunia" memilih yang satunya?
begitukah pandangan dunia mereka bahwa dunia di luar kelompoknya adalah dunia jahat yang tidak perlu dilihat, apalagi diikuti?
No comments:
Post a Comment