08 June 2007

dari burg ke ville

saya sudah sampai di knoxville, tennessee, kemarin.
dari harrisonburg jam 09.00 pagi, sampai di knoxville kira-kira jam 15.00. njujug di rumah jim foster, salah satu pengurus kegiatan kerjasama SPI dengan para aktivis perdamaian di knoxville, yang rumahnya penuh buku itu.
sungguh-sungguh penuh.
dari tempat masuk, dapur, living room, kamar mandi, kamar tidur -apalagi kamar kerja- berrak-rak buku ada di sana. dan buku-buku itu kebanyakan saya kenal [seneng juga menyadari ini, ternyata koleksi buku saya tidak berada di jalan sesat! atau kalau mau meminjam ucapan seorang teman: saya ini tersesat di jalan yang benar! ha..ha..]. ternyata, koleksinya juga beragam-ragam, tapi saya merasa kenal, merasa seperti di rumah saya sendiri yang juga mengoleksi buku beragam-ragam.

tapi, saya tidak menginap di rumah jim itu.
saya menginap di rumah jim yang lain. seharusnya, saya dapat jatah untuk menginap di rumah paul-mary hilchey [yang dulu juga jadi hostnya bu jeanny] tapi ternyata mereka berdua mau pergi weekend ini sehingga mereka memasrahkan saya ke jim-shirley wenzel.
mereka adalah pasangan pensiunan, jim pensiunan mekanik angkatan laut berusia 84 tahun, dan shirley [82] belum saya tahu latar belakangnya.

mereka berdua bertemu saya ketika kami disambut di gereja church of the savior. tempat kami mengawali kegiatan ini. di situ juga berkumpul para hosts yang akan menampung kami di knoxville. bersembilan kami masing-masing membuat semacam kesaksian mengenai apa yang menjadi concern utama kami dalam kegiatan peacebuilding. ini berlangsung cukup lama, dari jam 6.00 pm sampai 10.00. tapi didahului dengan makan bersama secara potluck, dan baru pukul 08.00 kami melakukan 'kesaksian' tadi.
kesaksian ini kemudian disusul dengan doa secara taize [tapi sakjane ndak begitu taize banget], karena cuma menyalakan lilin dan kami masing-masing mengambil nyala lilin bagi lilin kami sendiri yang kemudian kami tancapkan pada tempayan berisi pasir putih, sambil mengucapkan harapan mengenai perdamaian.
[ternyata, produksi simbol-simbol beginian ini subur di kalangan pelatihan SPI]

selesai itu kami diantar pulang oleh pasangan host kami, pulang ke daerah lenoir, di tepi danau tennessee, yang jauhnya 25 mil dari knoxville. cukup jauh bagi seorang tua macam jim dan shirley yang dalam kegelapan malam mengantar kami menembusi hutan dan kadang-kadang melihat rusa yang menyeberang.

mereka berdua tinggal berduaan saja. keempat anaknya sudah mandiri dan memberi banyak cucu dan cicit. tapi, di rumah yang kecil rapi ini tidak ada buku. ada komputer, yang saya pakai sekarang ini, dan banyak alat rumah tangga yang serba otomatik dan menakjubkan bagi orang desa seperti saya. tapi untuk ini akan saya ceritakan kali lain saja.

05 June 2007

pangkur ngrenas, laras pelog pathet lima

ini tadi barusan saya ikut nyumbang acara dalam malam penutupan session ketiga. rupanya mereka terkesan dengan permainan suling "ngawur-ngawuran" saya ketika pembukaan session itu, sehingga malam ini saya diminta lagi.
tapi,
sayang sekali, suling bambu yang saya bawa dari yogya itu ternyata pecah di koper. mungkin ketindihan barang-barang sekoper, ketika koper dibanting-banting di bandara ketika pesawat harus transfer.

valerie menjadi juru selamat.
valerie meminjamkan blok flute, entah dari mana, untuk saya pakai malam ini.
dan saya mengaku saja bahwa ini suling barat akan saya mainkan secara jawa, alias "ngawur-awuran" semau-mau saya.

saya memainkan tembang macapat pangkur ngrenas, laras pelog pathet lima. rasanya ini paling bisa saya mainkan dengan blok flute diatonik itu. lagian, tembang ini sebenernya sudah saya hapal garis besar kata-katanya.
lalu,
kembali internet jadi juru selamat. saya browsing untuk nyari tembang itu dan nemu di sini [pdf]. di situ ada lirik berikut keterangan mengenai tembang ini.
rupanya, pangkur adalah tembang untuk meredakan atau menenangkan orang yang sedang dilanda semangat bertempur [in a passion of violence or fighting]. wah... ciociok banget ini...
njuk saya cari [browsing lagi, maksudnya] terjemahannya. dapet di sini.
tapi, nek diinggriskan kok rasanya kurang menggigit ya?
njuk,
kembali semangat ngawur-awurannya kumat. saya katakan saja bahwa terjemahannya kurang tepat. tapi maksudnya adalah gini-gini-gini.... wis, gitu aja, bule-bule paling ndak tau juga kok...apalagi fans saya yang dari afrika, india dan nepal itu ...halah...paling ra reti!

lha untuk menambah dramatisasi, saya minta meja untuk saya pakai duduk bersila di atasnya. setelah melepas sepatu, lalu saya duduk bersila, pakai iket, njuk kalungan kain hitam yang saya bentuk seperti stola. make stolanya aja pakai nyembah-nyembah, biar dramatis.
dan penonton memang senyap.
cep...klakep!
[batinku ngguyu dhewe!]

lalu mulailah saya meniup seruling.
mula-mula melengking ngawur, njuk makin lama makin mendekati tema tembang pangkur itu. saya susul dengan pembacaan bait pertama.
Mingkar mingkuring angkårå
akarånå karenan mardi siwi
sinawung resmining kidung
sinubå sinukartå
mrih kretartå pakartining ngèlmu luhung
kang tumrap nèng tanah Jåwå
agåmå ageming aji
ambil nafas,
lalu saya tiup lagi melengking-lengking ngawur sejadi-jadinya... kembali saya arahkan ke tema tembangnya.
lalu masuk ke bait kedua.
Nggugu karsané priyånggå
nora nganggo peparah lamun angling
lumuh ingaran balilu
uger guru aleman
nanging janmå ingkang wus waspådèng semu
sinamun ing samudånå
sesadhoning adu manis
selesai itu saya sajikan terjemahannya dalam bahasa inggris:
We set aside the needs of the self
For the pleasure of educating children
Through good songs,
Worded beautifully and with care,
So that they will learn the high knowledge
Prevailing on the island of Java
According to the religion of the Kings.
sebelum meninggalkan "panggung" berupa meja itu saya nyembah lagi. embuh nyembah apa...
dan tepuk tangan gemuruh...ditingkah suitan bersiut-siut dari rekan-rekan afrika dan nepal.
saya membatin: ini untuk bapak!
[ketika saya naik "panggung" saya memang teringat bapak almarhum]

04 June 2007

reconciliation as a peace-building process in postwar europe

hari ini kami membicarakan hal yang masih bersangkut paut dengan tema besar kelas ini: rekonsiliasi. tajuk yang dibaca dan didiskusikan adalah artikel alice ackermann dalam jurnal "peace & change", vol 19 no.3, july 1994: p.229-250. mengenai kasus rekonsiliasi jerman-prancis pasca perang dunia kedua.

perang dan perseteruan kedua bangsa ini sendiri pelik. sudah berlangsung lama. namun demikian, pendekatan baru mengenai rekonsiliasi dari gardner feldman coba dipakai untuk menerangi proses rekonsiliasi antara kedua bangsa.
...it is crucial to recognize not only the political dimensions but also the significance of the psychological and moral dimensions of reconciliation.

jadi, artikel alice ini bermaksud ke sana: melihat secara teoretik maupun empirik rekonsiliasi sebagai proses. bukan hanya dimensi politik, namun juga moral.
langkah pertama adalah penerapan teori rekonsiliasi dalam hubungan internasional, dari joseph montville dan gardner feldman. yang pertama mengusulkan tiga proses mendasar: the humanizing of relationships among leaders, the creation of domestic environment conducive to peace, the creation of cooperative linkages.
sedangkan yang kedua, rekonsiliasi bagi feldman adalah proses penyiapan struktur yang menghasilkan hubungan damai yang langgeng antara kedua bangsa/negara. ujung dari proses ini adalah "structural peace, that is a condition of durable peace based on the establishment of multilateral and bilateral structures...".

proses ini ditandai dengan berubahnya lawan menjadi kawan.
artikel ini kemudian memerlihatkan contoh-contoh bagaimana penciptaan linkages itu terjadi pada lahirnya EU. suatu proses yang mula-mula justru digerakkan oleh LSM kedua negara untuk saling mengingat keganasan perang dengan cara sederhana seperti ziarah ke masing-masing makam dan monumen para pahlawan kedua belah pihak. membuat semacam "collective grief" dan "collective mourning".

rekonsiliasi ini tidak menjamin akan kelanggengan hubungan damai, karena struktur ini perlu selalu dipelihara dan dirawat baik-baik. utamanya dari ancaman nasionalisme ekstrem.


forgiveness and reconciliation in buddhism



sallie king, from JAMES MADISON university, harrisonburg

A. GENERAL ORIENTATION: FOUR NOBLE TRUTHS
  1. problem: suffering
  2. identify the root causes: ignorance and crowing....."i want"
  3. vision of goal: cessation of suffering... nirvana
  4. identify methods: path to the cessation of suffering
B. ESSENTIAL METAPHYSICS
  1. interdependence
  2. no self
  3. karma
C. DHAMMAPADA
D. ENGAGED BUDDHISM
E. THREE EXEMPLARS OF ENGAGED BUDDHISM:
  1. maha ghosananda, cambodia
  2. thich nhat hanh, vietnam
  3. dalai lama