19 May 2007

yo-yo [dan tokoh yang lain]

yo yang satu adalah yohanes, sedang yang satune yoanita.
bila keduanya berdekatan jadilah yo-yo.

dan keduanya memang berdekatan. putra pak yohanes itu jebul adalah temene yoanita [yang di harrisonburg ini jadi nita]. kami baru menyadarinya semalam, ketika semua ngariung di suite pak hartono yang bukan teroris itu. makan nasi goreng sambil dengerin radio yang dibawa dari sala. ke mana-mana, pak [paulus] hartono yang adalah bossnya radio immanuel sala ini pasti bawa radio. meski sampai amerika pun dia bawa [ya pasti aja tidak untuk dengerin radio immanuelnya laa...].

kami membeli nasi goreng [satu daging ayam, satu daging genjik] di restoran hongkong malam-malam ketika tempat itu udah mau tutup. ya sudah, dibungkus saja.
bungkuse apik, imut-imut lucu, kayak ember kecil dari kertas.

lha jebul sebungkus kecil itu isine uakeh bianget. digelar di piring pak paulus yang lebar itu aja masih terasa tebal.


saya yang tidak biasa makan malam itu cuma makan sepertiga dari jatah saya sendiri. pak paulus juga demikian, cuma makan sedikit. artinya, sisa makan kami berdua jauh lebih banyak dari pada yang sudah dimakan.

dipikiran saya: "wuadhuh, gimana nih? masak nyisa gini? [meski pun masih bisa untuk sarapan besok dan makan malam esoknya lagi, tapi biasanya rasanya udah nggak sehebat ketika pertama masih fresh dari pinggan wajan].

lha ning, ketahuilah saudara-saudara,
setelah kedatangan seseorang [tidak usah disebut namanya] bersama rekan-rekannya, nasi goreng sisa kami berdua itu disantapnya.
nyaris tandas. nyaris habis...

yang tersisa hanya yang masih di bungkus itu saja, itu pun tinggal separuhnya lagi.

jadi,
apa yang terjadi saudara-saudara?
siapa dia yang telah membantu menghabiskan dan ternyata kapasitasnya melebihi kami berdua yang gendut-gendut ini?


tidak usah disebut-sebut namanya.
tapi yang jelas kami semua menyayanginya, tokoh yang pada pagi ini dengan setia mengantar kami belanja buku di book fair green valley dan yang siangnya masih bersedia mengantar kami makan [lagi!] di restoran vietnam.

[di halaman parkirnya kami masih menawari nasi goreng bikinan pak yo untuk dia. lha jebul mau! wuadhuh... luar biasa tenan tokoh kita satu ini: fanatismenya pada nasi goreng itu lho... mengesankan kami. he..he..]

18 May 2007

bambang [yang lain]

nama yang selalu saya pakai bila orang lupa mengingat nama saya adalah: bambang.
bila orang lain kesulitan mengingat nama saya yang sebenarnya, saya akan menyahut dengan mengenalkan diri sebagai bambang. ini sudah berlangsung lama, sedini 1995 lalu.

kali ini saya kepergok dengan bambang yang lain.
maksud saya, ketika saya ketemu anak-anak 'indonesia's conspiracy' yang mencoba mengingat-ingat nama saya yang sebenarnya, maka 'kumat'lah iseng saya. saya menyahut dan mengenalkan diri sebagai bambang. lha padahal saya sudah berkali-kali menyebut nama bambang ini sebagai nama diri saya tanpa menyadari bahwa puput, salah satu anggota dari konspirasi indonesia di atas, punya bapak yang bernama itu: bambang!
nah loe....

17 May 2007

stephanie [yang lain]

ada hubungan antara daniel dengan stephanie.
kami tidak menyangkal itu, karena saya sering mendengar daniel menelpon cewek yang tinggal di semarang dan kuliah di jurusan arsitektur sana.
tapi yang kali ini adalah stephanie yang lain: yakni, yang bekerja di restoran tempat kami makan malam kemaren itu.
tidak bisa disangkal, stephanie yang ini jadi bisik-bisik anak-anak muda teman daniel yang kebetulan juga sama-sama sedang makan di sana.

stephanie yang ini -yaa... cantik sih- tapi dingin. judesnya minta ampun. dan yang mengesankan adalah ketika dia bilang bahwa kartu kredit saya unaccepted!
wadhuh..! cilaka!
dia mengatakannya dengan dingin, tapi dengan ekspresi seperti sedang marah. mungkin memang dia sedang kecapaian. lha gimana wong tugasnya memang berat: ngelap meja, nyiapin garam dan merica di tiap meja, mencatat pesanan, mengirimkannya kepada para pemesan... dan itu semua harus dikerjakan dengan cepat. seperti permainan dazzling dish itu lho...

kartu kredit saya tandas.
lha emangnya sudah berapa banyak saya belanja? wah... harus direm nih...
[padahal daniel mau ngajak ke green valley untuk book fair. lha apa nggak kembali menghina orang miskin nih? he..he..]

ke barnes and noble

malam ini rombongan "indonesia's conspiracy" menyusul ke hillside.
mereka adalah daniel, puput, nita, leo dan "cynthia". mereka ngajak ke toko buku barnes&noble, setelah sehari sebelumnya mereka juga mengajak kami makan malam di applebee's.

perginya kami ke barnes&noble itu kayaknya gara-gara saya nyeletuk pengen ke sana. dan [ini baiknya si daniel] dia langsung punya gagasan untuk mengantar saya dan pak jo ke sana [pak paulus raib entah di mana]. yang mengherankan adalah lha wong cadangan duit jelas-jelas udah tandas kok nekad diajak ke barnes&noble [ini jeleknya si daniel: menjerumuskan orang miskin... he..he..]

sebelum ke bn [gitu aja y
a? disingkat, kayak website dia juga cuma ditulis www.bn.com gitu kok] kami ke rumah pak yodder. saya manfaatkan untuk menyerahkan titipan bu etty untuk ibu yodder. setelah titipan sudah saya sampaikan ke pak yodder, kami pamit pulang.
eee... d
umadakan bu yodder dateng bersama sumanto beserta istri dan anaknya. jadilah kami ngobrol sebentar dengan mereka. dan karena ya cuma sebentar, maka tidak ada foto bersama mereka [poor...]. selepas itu kami segera ngebut ke bn... [begitulah daniel kalo mengendara mobilnya...]

di bn segera masuk, wong di luar gerimis je...
dan di dalam toko buku yang gedenya sak gudang rabat alfa itu, saya jadi orang frustrasi. lha gimana tidak, setelah capek menjelah toko buku seluas itu, tidak ada satu pun yang kebeli. semua buku mahal-mahal, unaffordable kabeh..!
ya sudah,
mengikuti nasihat
nita, saya hanya liat-liat dan baca-baca di tempat, tanpa melihat dompet. gak tega.
yang dilihat malah anak-anak muda pacaran "secara luar biasa" di dekat buku-buku arsitektur. lha saya rak ndak isa mendekat dan melihat buku-buku taksiran saya itu dong... sungkan.
jadine saya pergi ndek buku-buku filsafat.
di situ saya liat-liat foucault, lalu derrida, deleuze. ning ya cuma diliat-liat dan ditimang-timang sambil duduk di kursi yang tersedia.
kayak baca di rumahe sendiri aja.

16 May 2007

makan malam dengan seth

seperti dibilang bu jeanny, seth [cohen] memang keren.
anak muda berwajah pucat asal new-mexico ini tergolong ganteng dan jadi incaran banyak cewek sini: tinggi, baik hati, ramah dan gaul.
tadi dia mengundang saya untuk makan malam di tempat dia. di tempat itu bergabung juga pater bonifacius dari uganda, matt dari pensylvania, skippy dari jamaica dan kami dari tempat kami: saya dan sam juga asal uganda.
seth memasak masakan khas negerinya: kacang tanah yang dioblok-oblok dengan apa saya tidak tahu. tapi enak. serta salad yang terdiri dari kacang kapri, brokoli serta wortel kecil-kecil. enak juga.

yang menjengkelkan adalah datangnya si hitam dari liberia yang kayaknya amat lapar. dia menyapu segala yang ada: roti 2 biji, ayam potongan besar. tamu tak diundang ini cuma diketawain aja oleh tuan rumah dan kami yang hadir, ketika sehabis makan dia pergi begitu saja entah ke mana...
[wis mangan ra mbayar, isih ngluyur...wah, bener-bener perilaku bonek!]

ini lagi, dia datang pagi-pagi gini mau nyalain komputer yang ternyata terkunci dan meminta saya agar cepet-cepet menyelesaikan tulisan saya ini. komputer saya tetap online karena nyala sejak jam 2 pagi tadi, padahal jam 3 semua komputer akan terkunci kecuali yang sudah nyala dari jam-jam sebelumnya.

makan dengan seth, pater bonifacius, sam dan matt menyenangkan, karena disambi ngobrolin situasi politik di uganda di masa idi amin. seth sendiri pernah ke uganda sehingga mereka nyambung. saya aja yang ngantuk mendengarkan melulu tanpa tahu apa-apa :-D

15 May 2007

closing the first session

semalam [14 mei 2007] kami mengadakan acara penutupan session pertama. acara ini terdiri dari: makan bersama masakan yang kami masak sendiri [potluck], lalu fashion show busana masing-masing asal peserta dan diakhiri dengan dance together...

potluck itu cukup meriah, dilaksanakan di halaman depan asrama hillside tempat kami menginap. saya gak siap apa-apa selain lawuh saya sendiri bawaan dari rumah: bandeng presto ha..ha..!
syukurlah, bandengnya ludes dalam waktu kurang dari 10 menit.
acara begini ini menarik bagi saya karena ada pengakuan bahwa makan, atau lebih tepatnya tradisi kuliner itu me
mang memerlihatkan kekhasan kultural. dari makanannya kita tahu bagaimana cara orang memperlakukan alam untuk mereka tetap bertahan. pengolahan alam untuk kepentingan survival manusia jelas-jelas masuk ranah kultural.
makanan ada yang disajikan masak, ada pula yang mentah. tapi, apa sih masak dan apa pula mentah? masak adalah keadaan setelah bahan makanan dari alam itu dikenai penyesuaian oleh manusia: dibakar, digoreng, diasapin, dicuci dengan air, dsb. sesuatu dikatakan sudah atau belum masak, sangat tergantung pada konvensi manusia atau masyarakat yang memperlakukannya.

malam itu, sehabis makan, kami ngumpul untuk fashion show pakaian tradisional kami masing-masing. saya mengenakan sarung dua lapis -hitam dan kuning, yang merah ketinggalan di yogya- berbaju tanpa leher warna hitam lengan pendek dan mengenakan iket.
busana ini tafsiran saya atas busana jawa.
pat martin menanyakan hal itu pada saya: "apakah ini busana tradisional jawa?" aku jawab aja: "iya, ini tradisi jawa menurut tafsiran saya karena sebenarnya ada banyak jawa dan masing-masing boleh mengembangkan tafsirannya sendiri".
ini sama seperti halnya makanan: yakni dalam hal bagaimana kita dealing dengan lingkungan/alam di luar tubuh kita.

SPI memang sarat dengan acara-acara multi kultural seperti ini. semua ekspresi kultural diminta diperlihatkan agar bisa dihargai, tidak dijadikan alasan untuk bertikai. mengenal dan mengakui perbedaan untuk menghilangkan prasangka.

acara yang bagus, sarat dengan misi dasar dari penyelenggaraan program ini: perdamaian!