18 June 2007

memilih media dan seni yang strategis untuk PB

hari-hari terakhir ini kami banyak membicarakan bagaimana menggunakan seni dan menyiasati media dalam pemberitaan serta pembentukan opini publik mengenai peacebuilding. beberapa hari yang lalu howard zehr mengisi mengenai fotografi dan mural. dia bicara mengenai mural di pennsylvania sebagai outlet ketika ada konflik atau perseteruan antar kelompok. mural sebagai buah dari perdamaian di sana. sebagai monumen, penanda, dari suatu kesepakatan dan harapan mengenai kehidupan bersama di sana.

lalu kemudian ada presentasi mengenai bagaimana menyiasati fasilitas di internet yang ternyata powerfull, baik untuk mengunggah [upload] video, foto, storytelling, berita, angket dsb. ini semua dikerjakan dengan maksud, dengan niat, dengan strategi, untuk mencapai tujuan peacebuilding.

mengapa kita peduli pada penggunaan media dan seni secara strategis untuk peacebuilding? tidak lain karena ternyata media itu lebih suka berita tentang perang dari pada perdamaian. lebih suka berita dan film horror atau kekejaman, dari pada yang menentramkan. lebih suka berita mengenai perceraian dari pada berita mengenai keluarga yang harmonis... dsb.
artinya, media perlu disiati, perlu diakali agar mau membelokkan perhatiannya juga pada usaha-usaha peacebuilding.
pemberitaan mengenai perang, misalnya, bisa ditonjolkan mengenai perlunya perang dihentikan. pemberitaan mengenai security, musti ditonjolkan segi keamanan anak-cucu kita di depan, dan bukan tentang perasaan terancam kita.

bagaimana media disiasati?
yang jelas, media perlu diakui kekuatannya dulu, setelah itu baru bagaimana kita menyisipi hutan belantara kekerasan itu dengan cara lain. seperti, bagaimana mengatakan "tidak" dengan cara lucu, sopan dan elegan itu lho...

No comments: