untuk saya dan teman-teman yang belum biasa, ini menggelisahkan: siapa yang marah ya?
membanting pintu itu bagi saya adalah salah satu ekspresi marah yang terungkap secara tidak langsung. mungkin karena obyek kemarahannya tidak hadir, atau dia terlalu besar dan kuat untuk dilawan? bisa saja. tapi menutup pintu sehingga menghasilkan suara seperti dibanting pasti membutuhkan disain pintu, engsel dan slot kunci yang bermutu tinggi. demikian juga kualitas daun pintunya musti tebal dan 'tahan banting'.

itu sebabnya maka bagi orang tua dan orang difabel disediakan tombol untuk membukakan pintu itu secara otomatis. tinggal didudul dengan ujung payung saja pintu seberat itu akan membuka dengan sendirinya.
tapi,
mengapa disain pintu di sini harus begitu?
barangkali karena memang antara ruang luar dan ruang dalam itu memang harus tersekat sempurna. khususnya pada musim dingin, ruang dalam harus diisolasi dari ruang luar dan tidak membolehkan adanya celah yang bisa disusupi udara atau angin dingin masuk ke dalam bangunan. itu sebabnya maka semua daun pintu berikut sistem penguncinya harus menjamin isolasi tadi.
pintu yang berat dan tertutup rapat bisa terselenggara gerakannya karena ada door closer otomatis yang biasa dipasang di pintu-pintu bangunan umum [kadang di rumah ada yang masang juga].
tentu, setelah pintu dibuka otomatis, pintu itu juga akan menutup secara otomatis, juga dengan suara "mak jedhuer..!" tadi.
halah...
No comments:
Post a Comment